Muasal Gatotkaca

Bookmark and Share



GATOTKACA APAKAH NAMA JAWA ASLI ?

Oleh: Kurniawan Edi Nugroho

22 Agustus 2021

KLAIM :

"Banyak orang Jawa pakai nama Gatot. Ini adalah bukti bahwa Gatotkaca adalah tokoh wayang asli jawa yang kemudian ditiru India. Lagipula, mana ada orang India bernama Gatot ?"

BANTAHAN :

Banyak orang Jawa pakai nama Gatot itu sejak kapan? Jenderal Gatot Subroto (pahlawan nasional), Jenderal Gatot Nurmantyo (mantan panglima), Aa Gatot Brajamusti (selebritis), Ki Gatot Tetuko (dalang), mereka semua lahir di abad 20. Kalau yang lebih tua adalah GRM Gaṭot Menol (nama asli Sultan Hamengkubuwono V), lahir pada abad 19.

Pertanyaannya, pada era Jawa Kuno, zaman Kerajaan Mĕḍang, Kahuripan, Kaḍiri, Singhasāri, Majapahit, apa ada orang Jawa pakai nama Gatot? Selama ini saya belum pernah nemu di prasasti ataupun rontal kuno, ada orang bernama Mpu Gatot atau Dyah Gatot. Mengapa? Karena nama Gatot memang baru ada di era Jawa Baru, bukan nama kuno.

Jadi begini ... tokoh Gatotkaca pada era Jawa Kuno ditulis Ghaṭotkaca. Tidak percaya? Silakan cari judul kakawin yang ditulis Mpu Panuluh, maka tertulisnya Ghaṭotkacāśraya. Coba dibaca pula kutipan kakawin Bhāratayuddha yang ditulis Mpu Sĕḍah pada era pemerintahan Mahārāja Jayabhaya (abad 12), tertulisnya:

irikā ta sang ghaṭotkaca kinon mapagārkasuta tĕkapira kṛṣṇa ...

(Ketika itulah Sang Ghaṭotkaca diperintah menghadang Putra Matahari atas perintah Kṛṣṇa).

Pada era Jawa Kuno memang tidak ada nama Gatotkaca, yang ada Ghaṭotkaca. Jadi, cerita Mahābhārata meskipun sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kuno, namun penulisan nama para tokoh tetap menggunakan ejaan aslinya dalam bahasa Sanskerta (India Kuno). Itu sebabnya, masyarakat Jawa Kuno tidak ada yang bernama Gatot, karena mereka paham bahwa nama Ghaṭotkaca jika diurai menjadi :

ghaṭa = jambangan

utkaca = tidak berambut

Dalam cerita Mahābhārata dikisahkan bahwa putra Bhīmasena dan Hiḍimbā sewaktu lahir gundul tidak berambut seperti jambangan, sehingga diberi nama Ghaṭa-Utkaca, digabung menjadi Ghaṭotkaca.

Jadi, kosakata "ghaṭa" (घट) dan "utkaca" (उत्कच) adalah bahasa Sanskerta, bukan bahasa Jawa asli.

Kemudian pada era Jawa Baru, zaman Dinasti Mataram Islam, nama Ghaṭotkaca disederhanakan menjadi Gaṭotkaca, dan pemisahannya berubah menjadi "gaṭot-kaca". Itulah sebabnya, pada era Jawa Baru mulai ada nama Gatot, yang dihubungkan dengan kata "goṭot" (kekar, perkasa).

Kemudian klaim selanjutnya: "Mana ada orang India bernama Gatot ?"

Jawabnya: Tidak ada orang India bernama Gatot, tapi kalau bernama Ghaṭotkaca, ada.

Sekitar tahun 300 Masehi di India Utara ada tokoh bernama Mahārāja Ghaṭotkaca dari Dinasti Gupta. Tentunya nama ini terinspirasi dari cerita Mahābhārata. Tokoh bernama Mahārāja Ghaṭotkaca ini adalah putra Śrī Gupta dan ayah dari Candragupta (I). Dalam bahasa Inggris, namanya ditulis King Ghatotkacha. Prasasti yang memuat nama Mahārāja Ghaṭotkaca berasal dari abad 4, lebih tua daripada semua prasasti yang ditemukan di Indonesia.

Jadi, kesimpulannya sebagai berikut :

- Nama Ghaṭotkaca dalam cerita Mahābhārata adalah gabungan dari Ghaṭa+Utkaca yang merupakan bahasa Sanskerta, bukan bahasa Jawa asli.

- Menurut cerita Mahābhārata, tokoh Ghaṭotkaca dilahirkan di Hiḍimbavana, sekarang masuk wilayah Himachal Pradesh di India.

- Orang India yang bernama Ghaṭotkaca ada, yaitu raja Dinasti Gupta, hidup di tahun 300 Masehi. Dia lebih tua daripada semua orang Indonesia yang bernama Gatot.

- Dalam masyarakat Jawa Kuno tidak ada orang bernama Gatot, karena mereka paham Ghaṭotkaca adalah gabungan dari Ghaṭa dan Utkaca.

- Pada era Jawa Baru nama tokoh Ghaṭotkaca disederhanakan menjadi Gaṭotkaca, dan diurai menjadi Gaṭot dan Kaca.

- Jadi, nama Gatot baru muncul di era Jawa Baru, bukan sudah ada sejak zaman kuno.

Note : dalam pedalangan wayang kulit pun nama Gaṭotkaca mengalami geser ucap menjadi Gaṭutkåcå, yang jika ditulis menggunakan EYD Jawa menjadi Gathutkaca.

Nah, apabila saya menulis bantahan seperti di atas, apa lantas saya dituduh sebagai pemuja India yang merendahkan Jawa? Jawabnya: Tidak.

Saya adalah pecinta budaya Jawa, tapi berusaha tetap adil, tidak mau terjebak dalam gairah halu-chauvinisme.

Buktinya, gambar wayang Gatotkaca di atas adalah buatan saya. Kalau saya seorang pemuja India, tentunya saya lebih suka menggambar Gatotkaca gundul.

Matur nuwun.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar