Gunung Merbabu

Bookmark and Share
Pendahuluan

Sebelum kita membahas tentang Gunung Merbabu secara mendalam terlebih dahulu kita mengenal Gunung Merbabu secara mendasar.
Gunung Merbabu terletak di Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang, Boyolali-Jawa Tengah. Gunung Merbabu berasal dari kata “meru” yang berarti gunung dan “babu” yang berarti wanita. Jadi Merbabu mempunyai arti Gunung Wanita.
Gunung Merbabu mempunyai ketinggian 3142 meter diatas permukaan laut (mdpl) serta terdapat tiga buah puncak yakni puncak Antena (2800 mdpl), puncak Syarif (3119 mdpl) dan puncak Kenteng Sogo (3142 mdpl).

Gunung Merbabu termasuk gunung yang tidak aktif karena tergolong gunungapi tua di pulau Jawa yang mempunyai lima buah kawah, yaitu: kawah Condrodimuko, kawah Kombang, kawah Kendang, kawah Rebab, dan kawah Sambernyowo.
Gunung Merbabu berbentuk dataran tinggi  yang lebar, berbukit-bukit dan terpisah puncaknya akibat erosi bila dibandingkan Gunung Merapi, Gunung Merbabu bentuknya besar sekali dibanding gunungapi yang sangat ramping.Bagian puncaknya dapat dibagi menjadi tiga satuan yang merupakan sektor Graben Gunungapi, yakni:
        Graben Sari dengan arah timur tenggara-barat barat laut.
        Graben Guyangan dengan arah selatan baratdaya- utar timur
          Graben Sipendok dengan arah barat laut-timur tenggara
Erupsi samping gunungapi Merbabu banyak menghasilkan aliran lava dan aliran piroklastik, aliran lava tersebut mengalir melalui titik erupsi yang diselimuti oleh endapan piroklastika baik aliran maupun jatuhan. Titik erupsi tersebut diperkirakan melalui jalur sesar dengan arah utara barat laut-selatan tenggara serta melalui daerah puncak.
Morfologi gunungapi Merbabu dapat dibagi menjadi beberapa satuan berdasarkan penampilan bentuk rupa bumi pada peta topografi, yaitu:
ý          Satuan Morfologi Sisa Graben (daerah sekitar puncak)
Satuan morfologi ini terdiri dari 3(tiga) bagian yakni Graben Sari, Graben Guyangan dan Graben Sipendok. Ketiga graben tersebut diperkirakan adalah hasil kegiatan volkano tektonik dimana kegiatan tektonik berupa sesar di-ikuti oleh kegiatan erupsi dan kemudian di-ikuti pula oleh kegiatan erupsi samping yang membentuk kerucut erupsi samping.
ý          Satuan Morfologi Aliran Lava Kopeng
Satuan morfologi aliran lava ini jelas dapat dilihat di lapangan yang membentuk punggung lava yang sangat menonjol, dimana batuan yang mengalasi berupa aliran lava.
ý          Satuan Morfologi Kerucut Watutulis
Satuan morfologi ini merupakan kerucut erupsi samping (flank eruption) yang banyak menghasilkan aliran lava yang bersifat andesitis – basaltis dan piroklastika, baik aliran maupun jatuhan.
ý          Satuan Morfologi Kerucut Gunung Pregodalem
Keadaan satuan ini sama dengan satuan morfologi kerucut Gunung Watutulis, dimana kerucut ini dapat dipertimbangkan sebagai sumber bahaya apabila terjadi peningkatan letusan.
ý          Satuan Morfologi Titik-titik Erupsi Samping
Satuan morfologi ini sangat banyak terdapat didaerah gunung Merbabu, berdasarkan peta rupa bumi daerah yang terkait, satuan morfologi ini membentuk suatu kelurusan rupa bumi yang ber-arah utara baratlaut – timur tenggara, bentuk kelurusan rupa bumi ini dapat mencerminkan adanya bentuk struktur sesar yang melalui daerah puncak gunungapi Merbabu.

Stratigrafi gunungapi Merbabu, sifat letusan dari pada gunungapi ini diantaranya adalah eksplosif, disamping itu bersamaan dengan sifat efusif yang dapat dibuktikan dengan adanya aliran lava, baik yang berasal dari pada kegiatan erupsi pusat maupun erupsi samping. Sifat eksplosif dapat dibuktikan dari banyaknya endapan piroklastika yang tebal. Secara umum gunungapi Merbabu terdiri atas :
        Aliran Piroklstika
Aliran ini menyebar di seluruh bagian tubuh gunungapi Merbabu, sifat singkapan tertentu dengan warna abu-abu ke-kuningan, berbutir halus hingga kasar, kadang kala ditemukan lapisan semu (“surge”), lokasi singkapan dapat dilihat di sekitar Jrakah ditemukan lapisan sebanyak lebih dari 12 lapisan piroklastika aliran dengan tanah hasil pelapukan yang sangat tebal.
        Aliran Lava
Gunungapi Merbabu secara umum mengisi bagian lembah sungai yang terdapat di sekitar gunungapi tersebut, ber-umur paling muda menurut urutan umur stratigrafi. Akan tetapi di daerah Selo Redjo ditemukan aliran lava tua dengan sifat pelapukan yang sudah lanjut. Di daerah Kopeng aliran lava membentuk suatu pematang aliran lava yang sangat tinggi dan membentuk lidah lava.
        Endapan Banjir
Endapan banjir bandang di daerah gunungapi Merbabu di temukan didaerah Kaponan, pada dasar sungai Soting, dimana menurut keterangan penduduk setempat pada Th.1985 telah terjadi banjir bandang yang telah merusak jembatan penghubung antara Kaponan dengan daerah lainnya, sifat endapan banjir bandang ini seperti endapan sungai, terdiri dari bongkah-bongkah lava andesitis sampai basaltis, pasir sangat kasar, masih segar dan mudah lepas.
        Endapan Longsoran (Debris Avalanche)
Endapan ini dapat ditemukan didaerah Salatiga, dimana bukaan yang sangat besar dengan arah ke utara – timurlaut, yakni daerah wilayah Salatiga.
            Peneliti telah menemukan hasil erupsi berupa lava basaltis yang mengalir dalam sungai-sungai kecil pada tahun 1896. Peneliti yang berhasil menemukan hasil erupsi bernama Verbeek dan Fennema. Van Bemmelen, R.W. 1941, telah memetakan daerah Gunung Merbabu serta membagi menjadi beberapa satuan batuan hingga menjadi sembilan satuan, yaitu:
a)     Kerucut Merbabu (terutama lava basaltis andesis dan breksi)
b)     Dataran Tinggi Kopeng yang diselimuti oleh lapisan abu
c)      Kaki kerucut Merbabu (terutama breksi lahar dan lava)
d)     Aliran lava muda kerucut Merbabu (erupsi samping)
e)     Kaki utara Merapi diselimuti oleh abu Gunung Merapi
f)       Kawah (erupsi samping)
g)     Erupsi pusat berupa aliran lava muda
h)     Mofet dan solfatara di gunungapi Merbabu
i)       Sisa struktur volkano-tektonik (sektor graben)

Penelitian yang dilakukan oleh Neuman van Padang 1951, telah menemukan bahwa gunungapi tersebut telah mengeluarkan basalt olivin augit, andesit augit dan andesit hornblende hiperstein augit.

Demikian pula menurut Mac Donald 1972, melaporkan bahwa pada th.1797, gunungapi Merbabu meletus melalui erupsi samping dan erupsi pusat, namun tidak dilaporkan bahwa hasil erupsi yang telah dikeluarkan serta kerusakan dan korban akibat kegiatan erupsi tersebut.

Masyarakat Sekitabar Gunung Merbabu
Masyarakat disekitar Gunung Merbabu kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani. Itu dapat dilihat karena hutan Gunung Merbabu menjadi ladang pertanian. Selain menjadi petani penduduk sekitar ada yang menjadi porter atau pemandu sebagai kerjaan sampingan karena hasil yang diperoleh lebih menguntungkan.
Masyarakat disekitar Gunung Merbabu  mayoritas beragama Budha karena ditemui beberapa wihara disekitarnya. Penduduk sekitar sering melakukan meditasi atau bertapa di sekitar kawah Gunung Merbabu yang dianggap keramat.

Masyarakat disekitar gunung ini pada malam hari menjelang tanggal 1 Muharam / 1 Suro mengadakan upacara tradisional di kawah Gunung Merbabu. Malam tahun baru ini penduduk lebih sering menyebutnya sebagai malam tirakatan. Menjelang uapacara tradisional ini anak-anak wanita dibiarkan berambut gimbal untuk melindungi diri dan agar memperoleh keselamatan.

Upacara ini diawali dengan doa bersama denagan sesajian makanan tradisional. Acara puncak sekaligus acara terakhir dari upacara ini diantaranya penanaman kepala kerbau di kawah Gunung Merbabu.

Pendakian ke Puncak Gunung Merbabu
            Puncak Gunung Merbabu yang berada pada ketinggian 3142m dpl memang mempunyai tantangan untuk didaki. Medan Gunung Merbabu terbuka dan berbukit-bukit. Bila kita mendaki Gunung Merbabu pada musim kemarau hampir dari separuh gunung ini terbakar dan sangat gersang, air pun susah ditemukan, sebaiknya kita menyewa penduduk setempat sebagai porter.
            Bila kita ingin melakukan pendakian menuju ke puncak Gunung Merbabu terdapat tiga pilihan jalur, yaitu: jalur Kopeng, jalur Selo, dan jalur Wekas. Jalur Selo juga merupakan jalur pendakian menuju puncak Gunung Merapi. Biasanya banyak pendaki memulai pendakiannya dari jalur Kopeng dan turun melalui jalur Selo atau sebaliknya. Tapi, akhir-akhir ini banyak pendaki yamg memulai pendakiannya dari jalur Wekas, disamping vegetasi yang masih baik di jalur ini mata air Gunung Merbabu dapat ditemukan. Hanya saja jalur-jalur yang terdapat di Gunung Merbabu sangat rawan karena banyak percabangan jalur sehingga pendaki harus hati-hati dalam menentukan jalur yang dilewati.
            Pantangan yang harus dipatuhi pada waktu mendaki :
              Jangan Mengeluh
              Hindari kata-kata kotor
              Hindari perbuatan mesum
              Jangan melamun
              Jangan berak atau kencing di daerah yang dikeramatkan
              Jangan memakai pakaian warna merah dan hijau
©     Pendakian melalui jalur Kopeng
Terlebih dahulu kami membahas tentang bagaimana caranya menuju Kopeng. Bila kita dari Jakarta menuju Kopeng kita bisa naik kereta api atau bus jurusan Semarang, Yogya atau Solo. Dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di simpang empat Pasar Sapi, Salatiga. , lalu dengan bus kecil ke Kopeng. Kalau kita dari Yogya naik bus ke Magelang, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng.
Setelah sampai di Kopeng kita dapat beristirahat menungu datangnya malam, karena pendakian akan lebih baik dilakukan pada malam hari dan tiba di puncak menjelang matahari terbit.
Rincian melalui jalur Kopeng
    Basecamp – Pos I Dalan Tengah (1858m dpl - 1,5 km – 1 jam)                                                
Jalur pendakian utama ada di sebelah timur basecamp, setelah melewati beberapa rumah penduduk, jalur langsung menggarah ke Selatan. Dari sini masih melalui ladang penduduk dan beberapa bak air penampungan. Pos I merupakan sebuah belokan jalan.

       Pos I - Pos II Watu Putut (2146 Mdpl - 1.5 km - 1 jam)
Jalur ini banyak melewati pohon cemara jarum dan pohon dengan daun-daun kecil seperti putri malu. Pos II juga merupakan belokan jalan dengan lapangan sempit.
       Pos II - Pos III Gerumbul (2260 Mdpl - 1 km - 45 mnt)
Jalur mulai terbuka dan melewati banyak semak. Pos III merupakan sebuah lapangan kecil.
       Pos III - Pos IV Lempong Malang(2528 mdpl - 1 km - 1 jam)
Jalur terbuka dengan banyak semak dan lebih terjal. Antena di puncak I akan terlihat bila langit cerah. Pos IV merupakan lahan luas. Ke arah kiri bisa ditemukan saluran air yang hanya terisi pada saat musin hujan. Jalur dari Wekas juga bergabung di sini. Sementara ke arah kanan adalah jalur memotong ke Pos Watu Gunung yang biasa dilalui dari arah Desa Tekelan.
       Pos IV - Puncak I Antena (2883 mdpl - 1 km - 1.5 jam)
Jalur semakin menanjak dan tetap terbuka. Disini terdapat bangunan dengan antena dan bak air tadah hujan. Puncak I sendiri merupakan lapangan yang cukup luas tapi sangat terbuka.
       Puncak I - Persimpangan (2928 mdpl - 1 km - 1 jam)
Dari puncak I jalur akan sedikit menurun sebelum kemudian mendaki ke arah Gunung (bukit) Kukusan. Ada sedikit tanah lapang diatas Gunung Kukusan ini. Dari sini jalur berbelok ke kiri. Tak jauh dari situ turun ke arah kanan ada jalan turun menuju kawah sejauh 200 m menuju sungai kecil (Kali Sowo). Air dapat diambil dari pancuran pipa pvc yang sengaja disediakan. Air ini tidak terlalu asam dibandingkan bila kita mengambil langsung dari sungai. Jalur selanjutnya adalah tanjakan setan yang cukup terjal, sekali-kali diperlukan bantuan tangan untuk melewatinya untuk sampai ke persimpangan.
       Persimpangan - Puncak II Syarip/ Gn. Pregodalem (3119 mdpl - 200 m - 15 mnt)
Menanjak ke arah kiri dari persimpangan sejauh 200 m kita akan tiba di Puncak Syarif.
       Persimpangan - Puncak III Kentong Songo(3142 mdpl - 500 m - 45 mnt)
Ke arah kanan dari persimpangan, jalur akan sedikit menurun ke arah bukit kecil, Pundak Sapi. Anda bisa mendaki pundakan ini atau memutarinya ke arah kanan. Hati-hatilah karena jalurnya yang sempit dan berlereng terjal. Sebelum Puncak terakhir satu tanjakan lagi harus dilewati dan memerlukan bantuan tangan untuk melewatinya.
            Pendakian melalui jalur ini ke puncak Kenteng Songo memakan waktu 7-9 jam dan turunnya 5 jam.
©     Pendakian melalui jalur Selo
Jalur termudah untuk mencapai Selo adalah dari Solo karena tersedianya transportasi langsung sampai pasar Selo. Pendakian melalui Selo kemungkinan dengan tidak ditemukannya mata air.
 Pendakian di Selo biasanya di mulai dengan melakukan pendaftaran di Pos Polisi Pasar Selo. Perjalanan selanjutnya harus melewati perkampungan terlebih dahulu (2 km, 45 mnt) ke arah Desa melalui jalan kecil beraspal. Pendaki mungkin perlu bertanya beberapa kali karena banyaknya persimpangan. Di Desa ini terdapat 3 rumah yang biasa dijadikan base camp sebelum memulai pendakian yang ditandai dengan banyaknya sticker kelompok pecinta alam.
Pos-pos dari Selo tidak ditandai dan dinamai dengan baik, tetapi biasanya merupakan lahan yang sedikit luas untuk tempat beristirahat. Mulai dari desa terakhir kita akan melalui hutan cemara. Kemudian memasuki hutan sekunder. Pada dasarnya akan memutari sebuah gunung kecil yang berada di sebelah kanan dan lembah disebelah kiri kita. Jalurnya sendiri cukup jelas dan tidak terlalu curam hanya saja karena ini merupakan jalur lama sehingga mulai menjadi jalur air dan sedikit licin. Setelah 3-4 jam kita akan mulai memasuki tempat yang terbuka.
Setelah memasuki tempat terbuka ini jalur menjadi terjal dan licin. Kemudian kita akan tiba di pelataran pertama. Dari sini puncak bisa mulai terlihat. Perkiraan waktu 45 mnt.
Tak lama kemudian jalur mulai terjal kembali ke pelataran ke dua. Perkiraan waktu 30 mnt. Setelah pelataran kedua ini barulah anda menghadapi tanjakan terakhir yang panjang dan terjal sebelum mencapai Puncak Kentong Songo. Perkiraan waktu 2 jam.
Total waktu pendakian melalui jalur Selo ke puncak Kenteng Songo memakan waktu 6-7 jam dan turunnya 5 jam.
©     Pendakian melalui jalur Wekas
Jalur Wekas hampir sama seperti jalur Kopeng. Jalur Wekas mulai diminati karena medan pendakian yang tidak terlalu berat hanya saja selama melalui jalur ini tidak ditemukan mata air, baru ketika di Pos V tersedia
Lama pendakian bila melalui jalur ini hanya 6-7 jam dan turunnya 5 jam.

Pemandangan yang Terdapat pada Gunung Merbabu dan Sekitarnya
Pemandangan yang terdapat pada Gunung Merbabu dan sekitarnya sangat indah, terutama bila kita berada di puncak Gunung Merbabu. Sebelum kita membahas pemandangan dari dan di puncak kita akan membahas pemandangan Merbabu dari kaki gunung.
            Banyak terdapat gunung di sekitar Gunung Merbabu, diantaranya Gunung Merapi, Gunung Telomoyo, Gunung Ungaran, Gunung Rawa Pening. Pemandangan yang sangat indah akan didapat sepanjang perjalanan menuju puncak Gunung Merbabu.
            Sewaktu kita akan menuju Pos I  pemandangan yang terlihat adalah hutan Gunung Merbabu yang berubah fungsi sebagai ladang dan kebun. Kebun yang kita lalui kebanyakan kebun sayur dan kebun Akasia.
            Di jalur menuju Pos II kita banyak melewati pohon cemara jarum, pohon pinus dan pohon dengan daun-daun kecil, seperti putri malu.
            Di jalur menuju pos III  kita juga banyak melewati semak belukar. Di pos III ini terdapat Watu Gubug, sebuah batu berlubang yang dapat dimasuki 5 orang yang juga dikeramatkan penduduk sekitar. Konon merupakan pintu gerbang menuju kerajaan mahluk gaib. Watu Gubug ini penuh dengan coretan para “pencinta alam”.
            Di jalur menuju pos IV banyak semak dan di jalur ini juga akan terlihat Puncak Antena (2800m dpl). Di puncak ini terdapat sebuah pondok untuk mengukur cuaca. Dari sini juga puncak Kenteng Songo sudah terlihat jelas. Pemandangan dari puncak Antena sangat indah dan banyak pendaki membuka tenda di sini.
Di pos V ini di kelilingi oleh bukit dan tebing dan terlihat juga kawah Condrodimuko. Menuju puncak Syarif pemandangan yang indah ke arah Gunung Lawu, Gunung Merapi, Gunung Sundoro ,dan Gunung Sumbing.
Dari puncak Kenteng Songo kita dapat memandang Gunung Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali. Di arah Barat tampak Gunung Sumbing dan Gunung Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah. Lebih dekat lagi tampak Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Dari kejauhan juga tampak Gunung Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Di puncak gunung ini terdapat padang rumput, bunga Edelweiss, bukit-bukit berbunga yang sangat indah.
Bunga Edelweiss hanya tumbuh di puncak pegunungan dan bunga ini terkenal karena keindahannya. Setelah sejumlah pohon yang dilindungi dijarah sekarang bunga yang dikenal sebagai bunga abadi ini dijarah habis-habisan oleh seorang oknum. Lokasi tempat bunga tersebut berada kini rata dengan tanah.
            Dalam ilmu botani, bunga tersebut terbentuk secara alami dari timbunan humus dan memerlukan waktu sedikitnya limatahun untuk tumbuh dan berbunga. Kini Gunung Merbabu kehilangan salah satu daya tariknya., lantaran Edelweiss sudah tak tumbuh normal lagi.

Upaya Pemerintah Setempat dalam Rangka Melestarikan Vegetasi Gunung Merbabu
Pemerintah sekarang berencana membuat Taman Nasional Merapi Merbabu (TNMM). Proses perencanaan ini tidak pernah disosialisasikan ke publik terutama ke masyarakat sekitar gunung tersebut. Proses pembentukan TNMM juga tidak transparan.
            Saat ini ada himbauan untuk para pendaki dari pemda setempat berupa kesediaan membawa tanaman berkayu keras untuk penghijauan seperti Beringin, Gondang, Elo, Preh (sejenis beringin), Ipik (sejenis beringin), Wilodo, Kepoh, Bulu, Awar, Dadap, Teledung, Kesemek, dll).

Penutupan

Kesimpulan
Gunung Merbabu terletak di Jawa Tengah dengan ketinggian 3142m dpl yang terdiri dari 3 puncak dan 5 kawah yang tidak aktif lagi, selain mempunyai keindahan juga menantang untuk didaki. Pendakian Gunung Merbabu bisa melalui 3 jalur alternatif, tetapi setelah sampai di puncak pemandangan memprihatinkan terlihat. Vegetasi gunung ini sudah tak bagus lagi, tapi pemandangan dari Gunung Merbabu sungguh indah.
            Masyarakat sekitar Gunung Merbabu mayoritas beragama budha dan pada malam menjelang tanggal 1 Muharam penduduk di sana melakukan upacara tradisional.
            Pemerintah sekarang sedang merencanakan pembuatan taman nasional di sini, tetapi peran masyarakat atas taman nasional ini hanya sekedar catatan.

Saran-Saran
Saran yang diperlukan untuk melestarikan Gunung Merbabu, jika lima tahun ke depan bunga edelweiss di puncak Gunung Merbabu sudah tumbuh kembali disarankan bunga tersebut diberi perlindungan khusus. Dan untuk oknum tak bertanggung jawab agar ditindak melalui hukum atau dipecat saja karena ia telah menyalahgunakan kekuasaannya.
Saran untuk para pendaki agar bersedia membawa tanaman berkayu keras untuk melancarkan penghijauan di Gunung Merbabu ini.
            Pemerintah juga harus transparan dalam perencanaan pembuatan taman nasional gunung ini dan mempublikasikannya kepada masyarakat, karena biar bagaimanapun masyrakat lokal lebih paham baik dari sisi hutan, air, satwa, dan bencana.
IV.Daftar Pustaka
                   Bemmelen, R.W van.1949. The Geology of Indonesia Goverment Printing Office, The Hague.
                   Hamidi, dkk.1988. Pemetaan Daerah Bahaya Gunungapi Merbabu. Bandung: Arsip Direktorat Vulkanologi.
                   Hendrasto.1992. Gunungapi Merbabu dalam Edisi Khusus, Berita Berkala Vulkanologi. Bandung: Arsip Direktorat Vulkanologi.
                   Junghun,F.1858. Java Second Division(terjamahan). Bandung: Arsip Direktorat Vulkanologi.
                   Mac Donald, G.A.1972. Volcanoes. New York: Prentice-Hall.
                   Verbeek, R.D.M.1896. The Merbaboe, Java en Madoera(terjamahan). Bandung: Arsip Direktorat Vulkanologi.
                   Simkim, Tom.1994.  Vulcanaes of The World. Inggris: Smithsonian Intitusion.
Sumber Bacaan dan Informasi



{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar